Jodoh - Part 1

Sudah lama ingin menulis tentang jodoh ini. Waktu yang tepat mungkin sekarang. Kalo ngomongin jodoh, begitu warna-warni menghiasi kehidupan saya hingga akhirnya menikah.

Saya menikah di usia 26 tahun. Sebulan kemudian saya berulang tahun yang ke-27. Entah bagaimana pandangan orang tentang menikah di usia yang bisa jadi ada yang menilai terlalu lambat atau biasa saja.

Saya mulai dari perjalanan remaja saya menuju dewasa setelah lulus sekolah. 2010 tepatnya hari kelulusan itu tiba, dan seminggu kemudian saya diterima kerja di salah satu radio swasta sebagai penyiar radio. Ijazah belum keluar, KTP belum punya. Padahal 2 syarat administrasi itu harus dipenuhi untuk bisa lolos sebagai penyiar.

Saya memutuskan tidak berkuliah, karena adik-adik saya masih sekolah dan tentu akan menambah beban biaya orang tua. Jadi sebenarnya suatu keuntungan sekaligus penghiburan saya diterima kerja di radio bahkan disaat teman lain sibuk memikirkan pendaftaran di universitas sana-sini, membicarakan jurusan yang akan diambil, atau akan kost bersama dimana. Di hati paling ujung, ada perasaan yang tidak terdeteksi. Bukan kecewa, bukan sedih, bukan meratap karena tak bisa sama seperti mereka. Tapi pemakluman kepada keterbatasan orang tua, yang mereka tak usah mengatakan apapun, saya sudah mengerti. Jadi saya menjalani hidup sebagai penyiar radio dengan rasa gembira, optimis, dan bermimpi suatu hari nanti saya juga akan menjadi sesuatu meski tidak melalui jalan kuliah. Iya, nanti juga akan sukses dan menjadi orang besar. Kata hati, saat itu. Ya, memang selalu hati yang membesarkan diri ini. Untuk tidak perlu malu, berkecil hati, rendah diri. Pada akhirnya di radio lah saya memulai hidup yang baru. Lingkungan, ilmu, pertemanan dan sosialisasi yang baru selain daripada sekolah. 

5 tahun mungkin hanya sebentar. Tapi memang dunia media ini dinamis. Selalu berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Di radio saya ditempa banyak hal. Tapi mari kita bahas positifnya. Menjadi penyiar radio adalah menjadi orang yang banyak dikenal. Bukan artis, tapi ia adalah publik figur. Pendengar atau audiens mendengarkan, menyukai bahkan nge-fans pada figur penyiar, meski hanya suaranya saja.

Menjadi figur pribadi dan menjaga imej di udara sangat penting, agar program siaran disenangi banyak orang. Mungkin kalo di TV seperti "mengejar rating". Saya mendapatkan itu. Disenangi banyak pendengar, mulai yang remaja sampai yang tua. Dan saya pun menjadi pemandu program siaran pop, dangdut, komedi, mancanegara, dll.

Didatangi ke studio adalah hal yang lumrah. Dibawakan aneka jenis makanan, coklat saat Valentine, "ditembak fans", dijodohkan dengan anaknya fans (tentu yang ini fans ibu-ibu atau bapak-bapak), hingga...usia saya terus berjalan. Mungkin kata orang bertambahnya usia adalah semakin tua. Semakin tua artinya ya harus segera menikah. Bukan hanya tetangga ataupun orang tua. Semua menanyakan pertanyaan yang katanya "horor" dan iya juga saat itu horor, tapi ketika kamu punya jawaban yang tepat dan hati tidak mudah baper, ya udah santai aja 😂

KAPAN NIKAH?


Komentar

Postingan Populer